18 Feb 2013

Ceritaku : Membangunkan suami part 1

Mulai dari yang halus-dipijit-pijit sambil dipanggil- sampai yang kasar-dipanggil sambil digelitikin- semua sudah saya lakukan. Pernah juga saya mengalahkannya main adu kepala ayam. Jadi dua tangan seperti gerakan menggenggam hingga jempol dan jempol saling bertemu. Di sinilah adu ketangkasan dan kecepatan, siapa yang bisa memencet jempol tangan lawan terlebih dahulu, ialah pemenangnya. Dalam keadaan normal, meskipun saya bisa berkelit ke kiri dan kanan atau bersembunyi di dalam genggaman atau mencoba menyerangnya balik, tentu saja saya selalu kalah. Nah kesempatan inilah emas untuk saya, ketika ia baru membuka mata, saya kadang-kadang dengan tiba-tiba menggenggam jempol jarinya sambil berteriak kecil, "menang." Kontan matanya langsung terbuka, tak terima dengan ketidakadilan tersebut. Belakangan saya jarang melakukannya lantaran ia suka protes, "jangan gitu ah, curang."

Bangun sahur kali ini agak berbeda, saya mengajaknya berhitung agar matanya lekas terbuka.  Kira-kira seperti ini percakapan kami.

"Ini berapa?"
"Dua," hmm seperti yang kuduga
"Ini?" lanjutku sembari mengacungkan 3 jari
"Empat."
"Heii, buka matanya coba, masa kaya gini empat??" rayuku
Dengan sedikit memicingkan mata ia menjawab, "tiga."
Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Semakin sering memicing, semakin tergerak hatinya untuk membuka mata, pikirku.
"Ini?" dengan lima jari mengacung.
"Tiga." dan diralat jadi lima setelah ia kembali mengintip.
"Kalau ini?" kataku dengan jari telunjuk teracung.
"Tiga belas," jawabnya singkat.
Gubrakk... Minta bantuan kaki dong, jari tangan kan jumlahnya cuma 10 :-d

"Ini masak tiga belas??? liat lagi coba," semakin semangat.
"Satu."
"Jadi kalau dijumlahin semuanya berapa?" berharap yang ini tokcer.
"Banyak."
Hah??? Singkat, padat jelas dan menyakitkan!

"Iiihh kok gitu, yang bener itungnya ada berapaaa??"
"Buanyakkk pokoknya!!" jawabnya dengan nada tak kalah tinggi.
Dueng dueng dueng!!! 
______________________________________________________

Sebenarnya ceritanya cuma sampe segitu, tapi setelah suami baca, katanya, "Tambahin donkk, akhirnya bangun, gitu."
Hihi...Ya sudah, ceritanya yang di bawah ini paragraf lanjutannya ya...

Namun, akhirnya suami saya bangun dan kami sahur sembari menunggu adzan subuh :-)

No comments: