Setiap senin, kami biasanya puasa sunnah, seperti yang dilakukan seluruh warga di pesantren tempat suami mengajar. Untuk hidangan berbuka, saya menyiapkan sendiri yang manis-manisnya. Sekaligus mengobati rasa rinduku akan kampung halaman, semakin semangat saya meraciknya.
Nun jauh di timur, ada sebuah kota bernama Ngawi, di salah satu desanya ada yang berjualan pecel pincuk, tepo dan dawet. Teponya mantap, pecelnya pun tak kalah enak. Kalau dawetnya, saya suka membelinya sebagai pelepas dahaga di siang hari. Di sini, tentu saja menjadi hal yang mustahal eh mustahil untuk membeli dawet yang sama persis seperti di Ngawi. Setelah saya dapat resepnya dari ibu, saya praktekkan sendiri di rumah. Karena nama saya ayu, jadilah namanya Dawet Ayu, hehe