Laman

4 May 2013

Namanya Uswatun Hasanah

Dari semua teman SD, hanya aku satu-satunya siswa yang melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah. Sekitar 10 kilometer letaknya dari rumah, namun tak menghalangi kayuh sepedaku. Aku selalu bersemangat, hal lain mungkin karena aku dapat bangku di kelas unggulan.

Berjarak 1 km dari rumahku, ada beberapa teman dari SD lain yang akhirnya ku ketahui sekelas denganku, janjianlah kita berangkat sekolah bersama, mengayuh sepeda membelah pagi sambil sesekali adu balap. Sepulang sekolah, sekedar membasahi kerongkongan kadang aku mampir ke rumah temanku, Uswatun Hasanah. Dari sinilah mungkin cikal bakalku dekat dengan keluarga sahabat. Kalau bertemu di jalan atau sms bertanya kabar, biasanya mereka bilang, "kok ga pernah main, ditanyain ibuku lho." Atau, "dateng ya ke nikahanku, ibuku pasti seneng." :-D

Lanjut ceritaku tentang sekolah madrasah. Sebulan, dua bulan, sampai akhirnya kami lulus tahun 2003, kami masih tetap kompak dan menjalin komunikasi dengan yang lain. Aku dan beberapa teman melanjutkan di SMA. Sekolahku masih terbilang di pusat kota. Yang paling kuingat, sekolahku ini punya nama kajian yang unik dan asyik. Maka tak heran kalau setiap selasa ia selalu dinanti. Namanya KISS, Kajian Islam SMA Satu :-)

Waktu itu HP sedang maraknya, baru sampai ke kota kami. Hihi, maklum kota kecil. Tapi tentu saja anak petani macam aku ini tak semudah itu bisa menenteng HP layaknya teman-temanku. Kelas 3 SMA, barulah aku punya HP. Bukan HP baru tentunya dan hanya bisa dipakai SMS, tiap kali dapat telepon langsung mati, tut tut tut... Tapi tetap saja aku suka dengan benda mungil itu, ditambah bonus SMS dari operator yang populer pada waktu itu, semakin menambah frekuensi dering HP ku.

Entah bagaimana perjumpaanku waktu itu, akhirnya aku bertemu dan bertukar nomor dengan Uswatun Hasanah. Ia melanjutkan ke MAN 2 Madiun, setelah itu hijrah ke solo meneruskan kuliah. Aku tak kuliah. Tepatnya belum berkempatan untuk kuliah.

Agak aneh, Uswatun ini sepertinya tidak terlalu suka ber-SMS ria. Setiap di SMS, jawabnya singkat dan seperlunya saja. Penasaran, aku pun bertanya, "kenapa sih?"

Kira-kira jawabnya begini, "ya nanti biar gampang jawabnya klo ditanya di akhirat, pulsamu buat apa?"

Deg. Aku pun tersadar. Kalau keasyikan main facebook atau twitter, ngobrol ngalor ngidul yang kurang bermanfaat aku suka teringat dengan kata-kata temanku. Bahwa segala sesuatu pasti akan diminta pertanggung jawabannya. Semoga ia tetap jadi uswatun hasanah seperti yang diharapkan bapak dan ibunya, bermanfaat untuk umat dan menjadi panutan bagi anak-anaknya kelak, aamiin.

No comments:

Post a Comment