12 Sept 2014

Syukur dan Cemburu

Tak hanya satu dua orang yg memakai kerudung itu. Kerudung berenda tiga yang sedang ngetren dipakai belakangan ini. Setiap orang yang mengenakannya tak luput dari perhatianq. Ya, aku cemburu.
Enak sekali ya mereka bisa membeli ini dan itu yg dimau. Sementara aku cuma punya stok lama dan itu-itu saja. Minta sama suami? No way!! Suami paling tidak suka istri yang minta-minta, tanda tak bersyukur.


Eh tapi apa iya sih aku semerana itu? Ah coba kulihat lagi dengan seksama.
Suamiku bekerja di pesantren. Hafalannya belum banyak, tp ada lah beberapa juz.
Rumah kami belum punya. Tapi masih dilancarkan rejekinya buat bayar kontrakan setiap bulannya. Perabotan juga belum banyak tapi abi sempatkan beli kulkas dan mesin cuci otomatis agar aq tak kecapean dan tanganku tak telalu kasar.
Anak kami baru satu, belum genap 10 bulan usianya sudah bisa berjalan. Hobi mengacak-acak rumah.
Abi melarangku bekerja. Jadi aku bisa mengurus rumah dan anak dengan leluasa.
Apalagi ya?
Gak bisa aku sebutin satu-satu deh. Alhamdulillah 'ala kulli hal.
Di lain waktu, aku jadi berpikir sebaliknya.
Gimana ya kalau temenku yang belum punya mesin cuci liat aku ga pernah nyuci.
Gimana ya klo temenku yg belum punya anak liat anakku yang lucu?
Ah tak pantas sekali bukan jika semua itu ditukar dengan sebuah kerudung atau hal lain yang tak aku miliki!
Dan mungkin masih banyak hal lain yang berpotensi menimbulkan kecemburuan tanpa aku menyadarinya.
Kalau kata orang jawa hidup itu sawang sinawang. Jadi mau nyawang aja apa mau mensyukuri yang ada? 
Maka nikmat manakah yang kau dustakan?

No comments: